Pesona Lembah Harau: “Hijau, Bening, Menyegarkan Mata”
Surau di
Selingkaran Lembah Harau
Pengunjung yang berdatangan dari berbagai daerah. Sekitar menjelang
siang hingga tengah hari. Satu kesempatan yang dinanti-nanti pengunjung
khususnya umat muslim, mereka segera menunaikan Salat Zuhur. Tak perlu
jauh-jauh mencari tempat shalat, pengunjung bisa langsung melihat surau yang di
kelilingi tebing tinggi di Lembah Harau ini. Sebuah surau yang bersih dan
lapang siap menampung jamaah untuk berwudhu dan salat. Hal ini semakin membuat
pengunjung merasa nyaman beribadah di sana.
Air
yang sejuk dan lingkungan yang bersih adalah keunggulan tempat ini. penat di
bus atau kendaraan bermotor lainnya bisa hilang seketika setelah membasuh muka
dan menghirup udara segar setelah salat. Pengunjung semakin santai melanjutkan
aktivitas lain seperti makan siang dan berfoto-foto ria di banyak sudut
pemandangan indah lainnya. Makan siang kali ini ditemani ikan-ikan besar di
sungai itu. Ikan-ikan seperti Ikan Mas turut mengisi aliran sungai.
Bersampan
di Lembah Harau
Tak
jauh dari surau tersebut, pengunjung akan melihat orang-orang Hanya berjalan
sekitar lima puluh meter saja, sudah sampai di spot sampan-sampan. Hanya bermodal
lima belas ribu rupiah, sampan bisa dinaiki satu sampai tiga orang. Ini adalah
kesempatan buat pengunjung yang gamang menaiki perahu di laut maupun di danau.
Sampan di tempat wisata ini berjalan di atas air yang dibuat senyaman mungkin
dengan kawanan ikan emas di bawahnya. Pengunjung juga dibuat santai, sebab
kedalaman air cukup dangkal. Pengunjung bisa mendayung sampan dari pertama naik
sampan sampai berkeliling di selingkaran taman.
Berfoto
adalah kesempatan baik di atas sampan. Tak perlu jauh-jauh, jasa foto juga
sudah menanti di tepi sungai buatan itu. cukup dengan sepuluh ribu rupiah, foto
ukuran 10 R sudah siap dibawa pulang. Murah dan meriah, kenang-kenangan itu
kini sudah dalam genggaman. Menaiki sampan cukup menguji nyali pengunjung. Tak
hanya itu, berfoto bersama pasangan terkasih pun menjadi lebih indah. Apalagi
di bawah sampan berkeliaran ikan-ikan Mas berukuran besar nan menggoda.
Pengunjung bisa sekalian memberi makan dari atas sampan. Dengan begitu, momen
kunjungan ini menjadi lebih menyenangkan.
Rumah
Gadang dan Taman Bunga
Dari
sungai buatan itu, berhadapan langsung dengan ikon Rumah Gadang dengan desain
menarik. Di bagian depannya juga dihiasi taman bunga yang tertata rapi dan
berwarna-warni. Sungai-sungai kecil mengalir juga di halaman depannya. Inilah
satu spot lagi yang sayang dilewatkan untuk berfoto. Suasana seperti ini semakin
membuat pengunjung mengagumi Rumah Gadang sebagai salah satu rumah adat yang
ada di tempat wisata seindah ini. Rumah Gadang bukan hanya di museum tertentu,
hadirnya Rumah Gadang ini juga mengingatkan kedudukan Rumah Gadang sebagai
tempat bagi masyarakat Minangkabau untuk bermusyawarah mencapai mufakat
bersama.
Pesona Kelok
9 dan Wisata Pulang
Mengunjungi Kabupaten Lima Puluh Kota kurang lengkap rasanya bila belum
melewati kelok 9. Kelokan yang dibuat arsitek masa kini itu begitu mengagumkan.
Tiang-tiang penyangga yang kokoh dibuat untuk perlintasan kendaraan. Serupa melayang,
pengendara dan penumpang diperlihatkan pemandangan pepohonan hijau dan
bukit-bukit terjal. Kelok 9 yang tajam menguji adrenalin pengendara. Ini pula
satu sisi unik kelok 9 ini. tetapi, setelah melewati jalan itu, pengunjung
sampai di puncak jalan.
Saat
pengunjung berhenti dan turun bus, pengunjung dihadapkan pada penjual di tepi
jalan. Warung-warung kecil berjejer di sepanjang tepian jalan. Di balik warung
itu pula, ada satu spot lagi untuk berfoto. Di sini tampaklah kelok 9 dengan
pesonanya. Spot ini sungguh sayang dilewatkan. Maka tak heran bila ada
pengunjung yang ke sini rela menembus hujan untuk berfoto di atasnya.
Sepulang
dari tempat ini, bila pengunjung hendak singgah lagi, bisa meluncur ke kota
wisata berikutnya, yakni Bukittinggi. Pengunjung bisa menikmati Jam Gadang di
senja hari. Kota Bukittinggi
terkenal dengan kota wisata seolah tak kenal lengang pengunjung. Menjelang
senja pun, wisatawan dan pengunjung berlalu-lalang di pelataran Jam Gadang.*(Padang,
2016)
Komentar
Posting Komentar