Indonesia Negara Maju 2030?

Saat ini sedang berhembus kencang pemberitaan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia pada tahun 2030. Indonesia disebut-sebut akan tampil di urutan ke lima mendampingi China, Amerika Serikat, India dan Brazil. Melirik situasi Indonesia saat sekarang ini, saya merasa ragu Indonesia mampu meraih impiannya tersebut. Masalah-masalah senantiasa datang silih berganti dan belum ada penyelesaiannya secara tuntas. Sebut saja mulai dari kasus Bank Century sampai kepada kasus yang terheboh saat ini (apalagi kalau bukan kasus mafia pajak bang Gayus). Belum lagi pak SBY yang menyinggung masalah gajinya yang tak kunjung naik . Sebagaimana pepatah mengatakan ‘sudah jatuh tertimpa tangga’. Inilah ungkapan yang cocok menggambarkan keadaan Indonesia saat ini.
               Namun ternyata visi Indonesia di tahun 2030 ini bukan hanya bualan belaka. Banyak pihak yang meyakini Indonesia akan menjadi pemain terkemuka dalam beberapa dekade mendatang. Dalam laporan khusus Stanchart berjudul "The Super-Cycle Report", Indonesia mulai menjadi negara bersinar yang semula menempati peringkat ke-28 pada 2000, akan masuk kedalam lima besar raksasa ekonomi dunia dalam dua dekade mendatang. Menurut Stanchart, Indonesia akan menjadi negara bersinar lantaran didukung oleh pertumbuhan ekonomi rata-rata 7 persen dalam dua dekade mendatang. Pertumbuhan ini didukung oleh komoditas ekspor. Majalah bergengsi The Economist, pada Juli 2010 juga memasukkan Indonesia sebagai calon kekuatan ekonomi baru pada 2030. The Economist mengenalkan akronim baru dengan sebutan CIVETS, kepanjangan dari Colombia, Indonesia, Vietnam, Egypt, Turkey dan South Africa.
             Laporan Stanchart menyebutkan negara - negara berkembang akan melampaui negara maju dengan lebih baik. Akibatnya, keseimbangan kekuatan global ekonomi akan bergeser tegas dari Barat ke Timur. Pemicunya adalah peningkatan perdagangan, terutama pada pasar-pasar dari negara berkembang, industrialisasi yang pesat, urbanisasi dan meningkatnya masyarakat kelas menengah di negara berkembang. Saat ini, Indonesia yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar di kawasan ASEAN memang sudah masuk dalam jajaran 20 kekuatan ekonomi dunia yang tergabung dalam forum G-20. Namun, Indonesia belum masuk ke dalam 10 negara besar dunia.
                 Untuk menggapai impian besar tersebut, Indonesia menghadapi sejumlah tantangan. Di antaranya adalah perlunya meningkatkan basis manufaktur agar mempunyai nilai tambah untuk memasok barang setengah jadi dan barang modal. Selain itu, Indonesia juga harus mengatasi kurangnya infrastruktur, dan sektor jasa harus melengkapi sektor manufaktur untuk menambah dorongan bagi pertumbuhan ekonomi. Semoga saja Indonesia mampu merealisasikan apa yang telah dicita-citakan tersebut.


Komentar