Etika dan Estetika Berbusana di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN
oleh Dodi Saputra
Sebetulnya
pakaian menjadi suatu kebutuhan pokok bagi banyak orang. Tetapi terkadang
beberapa orang kurang memperhatikan akan hal ini. Padahal, berkat adanya pakaian, manusia bisa terlindung
dari panas dan hujan. Pakaian juga bisa menjaga manusia dari dingin yang
merasuk dan panas yang bisa membuat
kulit semakin gelap. Beberapa kalangan lebih menyukai pakaian impor.
Selanjutnya, beberapa kalangan lebih memilih mencintai produk dalam negeri atau
istilah asli Indonesia. Mau pilih pakaian luar negeri atau dalam negeri, yang
penting mereka harus melihat sisi-sisi positif, yakni kualitas dan harga yang
bersaing. Kelihatannya ini hal sederhana, tetapi ini tidaklah mudah untuk
sekadar melihat dari dua sisi itu. Bayangkan, apa yang terjadi bila budaya konsumsi
masyarakat suatu negeri hanya membeli produk luar negeri? Setidaknya ada
beberapa anggapan yang patut diungkap dalam permasalahan semacam ini.
Pertama, kualitas produk buatan luar
negeri lebih bagus dari buatan sendiri. Ada sebuah kebanggaan yang timbul
ketika menggunakan produk luar negeri. Baik secara bahan, motif, corak, dan
kualitas lainnya. Membandingkan salah satu produk lokal dengan produk impor
dinilai menjadi keharusan.
Kedua, kualitas produk dalam negeri
belum bisa bersaing. Anggapan ini yang mesti dibuang jauh. Malah sebaiknya,
adanya sikap optimis bahwa produk dalam negeri ini bisa bersaing dengan produk
luar. Sehingga akan ada upaya-upaya peningkatan kualitas produk dalam negeri
untuk selanjutnya bisa dipasarkan hingga ke luar negeri.
Ketiga, untuk bisa keren, harus pakai
produk impor. Pergaulan menjadi pemicu dalam hal ini. Bergaul dengan teman yang
berselera tinggi, membuat seseorang harus mengikuti pola hidupnya. Bila ada
perbedaan, maka ia akan dianggap tidak mengikuti perkembangan zaman, tidak update, tidak gaul, dan sebagainya.
Sebenarnya untuk hal keren itu adalah relatif. Tak wajib membeli produk luar
negeri.
Dari
ketiga pertimbangan di atas, dapat dilihat bahwa perlunya membudayakan cinta
produk dalam negeri, sebagai bukti adanya upaya untuk meningkatkan daya saing
terhadap produk luar negeri. Namun, bukan berarti bahwa semua produk luar
negeri itu tidak boleh dipakai. Produk luar negeri boleh dipakai, asalkan tetap
sesuai dengan tata aturan etika dan estetika berbusana di Indonesia. Memang
cara dan model pakaian di Indonesia berbeda-beda. Tetapi masih ada suatu aturan
yang mengikat kuat dan tak akan pernah berubah, barangkali sampai akhir zaman. Aturan
itu adalah aturan yang berasal dari agama. Agama telah mengatur seluruh
sendi-sendi kehidupan, termasuk dalam hal berbusana dalam kehidupan sehari-hari.
Agama sebagai panduan berbusana. Berbusana bisa saja sulit dalam hal pemilihannya.
Sebab, seseorang dipengaruhi oleh berbagai model dan jenis busana. Inilah
pemilihan busana yang terkadang membuat seseorang kurang tepat membeli dan
memakainya. Busana yang mahal dengan produk berkualitas tinggi sempat
menggiurkan pembelinya. Sementara aspek tata aturan berbusana menurut agama
tidak diindahkan. Inilah salah satu hal yang perlu diketahui, bahwa panduan
berbusana sebaiknya menyesuaikan dengan agama. Ketika panduan ini diikuti, bisa
mendatangkan kebaikan bagi pemakainya maupun orang-orang di sekitarnya.
Agama tolak ukur beretika dan
berestetika berbusana. Islam
secara jelas telah memberikan tuntunan dalam berbusana secara islami. Inilah
salah satu etika yang layak diikuti bagi umat manusia. Petunjuk berbusana
dengan mengutamakan pada hijab syar`i. artinya, seluruh umat manusia yang
beragama Islam, maka harus senantiasa mengindahkan hal tersebut. Sebuah
cerminan etika yang baik akan tampak dari diri seorang muslim ketika menutup
bagian tubuhnya. Aurat adalah salah satunya.
Akhir-akhir
ini telah banyak digalakkan gerakan menutup aurat. Nah, di sinilah letak
seseorang bisa berbusana muslim. Busana merupakan salah satu cerminan bagaimana
akhlak seseorang. Setidaknya berkat berbusana muslim, seseorang bisa menjaga
dirinya dari bahaya gangguan orang lain, selain syiar bagi umat muslim lainnya.
Nilai estetika secara tidak langsung akan timbul berkat busana yang menutup
aurat. Bahkan lebih rapi dan terlihat sopan bagi orang-orang yang
mengetahuinya.
Masyarakat
Ekonomi Asean telah di depan mata. Persaingan pasar bebas di dunia semakin
luas. Produk-produk yang beragam membuat manusia harus memegang teguh
pendiriannya. Ketika sudah memutuskan untuk mencintai produk dalam negeri dan
mengikuti petunjuk agama, hendaklah selalu berada di jalan itu. Ketika melihat orang
yang belum mengikuti aturan, sikap kita adalah tetap istiqamah dan terus
mendoakan mereka. Mudah-mudahan bisa juga diberikan petunjuk untuk tetap berhijab
syar`i di tengah kerumunan busana luar negeri yang beragam itu.*
Komentar
Posting Komentar